Minggu, 30 April 2017

“Mati Syahid”, Namun Masuk Neraka

Mati syahid di jalan Allah adalah dambaan setiap mujahid  fi sabilillah juga cita-cita tertinggi setiap muslim  yang jujur dengan keimanannya. Karena tidak semua muslim  di dunia ini bangga dengan keislamannya, justru bangga  dengan hal lain yang merusak keimanannya.
Mati syahid di medan jihad menjadi dambaan karena didalamnya tersimpan keutamaan yang besar. Dalam sebuah hadits Rasulullah yang diriwayatkan Ibnu Majah disebutkan
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ حَدَّثَنِي بَحِيرُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيكَرِبَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يَغْفِرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ
“Orang yg mati syahid mendapatkan enam hal di sisi Allah: Diampuni dosa-dosanya sejak pertama kali darahnya mengalir, diperlihatkan kedudukannya di surga, diselamatkan dari siksa kubur, dibebaskan dari ketakutan yg besar, dihiasi dgn perhiasan iman, dikawinkan dgn bidadari & dapat memberikan syafaat kepada tujuh puluh orang kerabatnya.” [HR. Ibnu Majah No.2789]
Untuk mendapatkan kesyahidan di medan laga, seorang mujahid harus rela meninggalkan semua yang berbau dunia. Meninggalkan semua harta benda,keluarga, kerabat dan sanak saudara untuk melakukan amalan yang keutamaannya tidak bisa disandingkan dengan amalan yang lain.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang (pahalanya) sebanding dengan Jihad fi Sabilillah?” Beliau menjawab, “Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya.”
Mereka (para sahabat) mengulangi pertanyaan tersebut dua atau tiga kali, dan jawaban beliau atas setiap pertanyaan itu sama, “Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya.” Kemudian setelah yang ketiga beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
“Perumpamaan seorang mujahid Fi Sabilillah adalah seperti orang yang berpuasa yang mendirikan shalat lagi lama membaca ayat-ayat Allah. Dan dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya, sehingga seorang mujahid fi sabilillah Ta’ala pulang.” (Muttafaq ‘Alaih)
Maka, sungguh sangat beruntung bagi insan yang diberi kesempatan Allah berjihad. Karena ia diberi kesempatan untuk mereguk pahala besar dari amalan yang paling tinggi. Sungguhlah sangat mulia bagi insan yang mampu berjihad di jalan-Nya. Karena ketika ia mati syahid, maka keutamaan yang luar biasa akan diraihnya.
Namun, ada suatu keadaan dimana jihad tidak mengantarkannya pada derajat syuhada. Secara dhahir memang ia gugur di medan juang di barisan mujahidin. Tetapi, status mati syahid hanya ia dapatkan dari apa yang terlihat semata. Di akhirat, dirinya akan dilemparkan ke neraka yang menyala-nyala.



Load disqus comments

0 komentar